Ini tentang sebuah kisah dari negeri aNTah branTah. Negeri ini terkenal dengan rakyatnya yang begitu polos. Usia rata-rata rakyatnya yaitu di bawah sembilan belas tahun. Tidak terlalu muda memang, karena di usia demikian seorang anak manusia pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta. Ini menurut ajaran dari sang kakek penemu teori psikologi, Wilhelm Maximilian Wundt (1832-1920).
Sebuah anekdot, ketika semua
rakyatnya berusia demikian, maka tidaklah mengherankan jika ‘Cinta’ menjadi hal
yang palin dicari. Jika mengikuti hukum permintaan dalam teori ekonomi makro,
maka cinta saat itu menjadi barang atau hal yang paling mahal karena banyak orang
yang mencarinya. Yang paling mengherankan adalah orang-orang di negeri itu
tetap memburu cinta, walaupun terbilang cukup mahal. Bahkan, suatu ketika,
seseorang dari negeri seberang pun berburu cinta di negeri aNTah branTah ini.
Terkenal dengan kekayaanya yang berlimpah, tentu orang ini bisa saja membeli
cinta kapan pun dan berapa pun yang dia mau.
Maka tersiarlah kabar tentang kekayaan
saudagar ini ke seluruh pelosok negeri aNTah branTah. Cinderela, si gadis ‘cerobong
asap’, tidak luput dari berita tentang kekayaaan saudagar ini. Suatu hari, ia pergi
keluar rumah menuju kerumunan orang-orang. Orang banyak ini menunggu saudagar
kaya untuk menjajakan cintanya. Berada
di antara kerumunan orang banyak, Cindera yang berparas ayu tidak luput dari
perhatian sang saudagar. Mereka pun berkenalan.
Sang saudagar yang terpesona
dengan kecantikan Cinderela akhirnya jatuh cinta. Cinderela yang saat itu masih
berumur sembilan belas tahun terlihat begitu polos. Tanpa malu ia lalu berkata
kepada si Nova, nama saudagar kaya tersebut. Nama panjang saudagar kaya
tersebut adalah CasaNovanto.
“Hai Nova, jika kamu mencintaiku
maka ungkapkanlah rasamu. Tetapi sebelumnya, ijinkanlah aku mencoblos gambar
wajahmu dengan pipi yang tembem itu. Kusuka perutmu karena sedikit buncit,
menunjukan kedewasaanmu dalam bertindak,” kata Cinderela kepada Nova.
“Aku ini adalah tipe peria yang
penyayang dan setia, tanpa mengungkapkan rasa pun, saya tahu kamu menerima saya
menjadi pacarmu,” jawab Casanova dengan penuh percaya diri.
Sekian lama berpacaran, mereka
pun menikah. Perayaan nikah mereka dikukuhan dalam pesta yang terbilang meriah
ibarat pesta DemoCrazy, karena pesta ini melibatkan hampir seluruh lapisan
masyarakat. Warga yang berada di negeri aNTah branTah pun semakin kagum dengan
perilaku sang Casanova yang tidak menjaga jarak dengan banyak orang. Padahal,
kalau mau dibilang, Casanova hanyalah seorang manusia biasa yang kaya, bahkan
dari negeri seberang.
Satu tahun berlalu. Dua tahun
lenyap pergi. Tiga tahun, empat tahun, lima tahun terlewati. Mereka masih belum
dikaruniai anak. Anak yang diharapkan dapat menjadi kebanggaan dari kedua orang
tua bahkan masyarakat setempat. Warga yang selalu menanti kejutan itu pun
dengan penasaran mulai bertanya satu sama lain. “siapakah yang mandul? Sang
Nova kah atau si Cindy yang dulu terkenal dengan kepolosannya?”
Lambat laun Nova terlihat mulai
jenuh dengan keadaan karena tidak dikaruniai seorang anak. Cintanya pada
Cinderela terlihat mulai memudar. Iya, cinta yang awalnya dibeli dengan harga
yang begitu mahal perlahan dilepas begitu saja.
Cinderala, wanita cantik yang
sudah tidak perawan lagi memiliki rambut semampai, seindah barisan teratur
padang savana yang melatarbelakangi pantai Pede di Manggarai. Betisnya yang
putih dan mulus bak garis pantai di Labuhan Bajo dengan ombak yang berguling
sedikit rapi. Lekukan tubuhnya indah, ibarat perbukitan di Manggarai Barat yang
terancam hawa nafsu tambang. Cinderela, wanita yang mulai direlakan sang
Casanova. Ia direlakakan untuk dijamah oleh siapa pun yang penting berfulus.
Cinderala semakin terpuruk.
Belum lagi nasib Cinderela usai
dalam satu episode cerita, sang Casanova memulai cerita yang baru. Ia jatuh
hati lagi dengan janda hitam manis, sexy dan menggoda dari negeri yang jauh di timur.
Kali ini janda dari negeri mutiara hitam. Masih cantik dan menggiurkan walau
sudah lama sering dijamah oleh tangan-tangan jail, para hidung belang yang tak
tahu dari mana rimbanya.
Perawakan sedikit berbeda jika
dibandingkan dengan Cinderela, janda ini terlihat sedikit lebih tinggi dengan
badan yang sedikit lebar tapi tetap berbentuk bak gitar Spanyol. Sexy dan menawarkan
kenikmatan duniawi tiada akhir. Casanova, sosok yang selama ini dikenal
masyarakat aNTah branTah bagaikan superhero ‘Robin Hood’ kini terlihat semakin
berbeda. Kali ini dia suka berfoto selfi, sekedar untuk pencitraan atau
narsisme. Yang menakjubkan, jaman itu adalah jaman baheula, tapi sang Casanova
tetap memaksakan harus ada kamera, agar dia dapat berfoto selfie dengan calon
bos penikmat Janda yang sama. Calon bos tersebut berasal dari negeri yang tak tahu
dari mana rimbanya. Mungkin benar, kata rakyat kebanyakan, orang tersebut berasal
dari negeri Uncle Sam. Bukannya
disanjung, eh… Casanova malah dimaki-maki oleh rakyat negeri aNTah BraNTah.
“Manusia tak tahu diuntung. Sudah
datang dari negeri seberang, dikaruniai wanita cantik malah dikhianati. Lalu
dengan bangga kamu berselfi ria,” demikianlah hujatan rakyat dari negeri aNTah branTah
terhadap Casanova.
Kembali lagi ke janda sexy dari
negeri mutiara hitam. Tidak semua orang dapat menjamahnya. Hanya orang-orang
tertentu saja. Saudagar kaya seperti Casanova dapat masuk nominasi ini, bisa
juga dari orang-orang yang dekat dengan keluarga dari sang janda tersebut.
Rasa-rasanya, Casanova tidak
terlalu kesulitan dengan tantangan mendapatkan janda ini. Kaya iya, tinggal
bagaimana caranya agar ia dapat lebih dekat dengan ayah dari sang janda ini.
Akhirnya strategi pendekatan dibentuk. Bukan namanya CasaNova kaalu tidak
mendapatkan apa yang diinginkan sekalipun dengan cara-cara yang tidak halal.
Sang ayah berhasil didekati bahkan hubungan keduanya tarlihat cukup intim.
Tanpa batas. Hingga satu kalimat dari sang Casanova pun keluar untuk sang ayah “Papa
Minta Saham.”
Ayah sang Janda kebingungan. “Minta
saham atau sperma yah?” Katanya dalam hati. Iya, bisa saja spermanya yang bisa
melahirkan janda-janda sexy baru sekedar untuk dikoleksi. Sang ayah yang
kebingungan mulai mereview kembali
maksud dari permintaan Casanova. Ia lalu bertanya ke orang banyak. Orang banyak
yang sedang marah pada Casanova naik pitam. Merekan mengadilinya, walau dengan
sangsi yang sangat tidak berat.
Rakyat aNTah branTah yang polos
akhirnya tahu dan sadar kalau saudagar kaya yang bernama CasaNovanto telah
menghianati mereka. CasaNovanto yang dulunya sangat dikagumi kini terpuruk dan
dibenci seluruh pelosok negeri aNTah branTah. CasaNovanto yang bertindak bak
Robin Hood, akhirnya menunjukan ketidaksetiaannya. Iya, CasaNovanto hanyalah
Novanto Hood yang gagal Setia.
“Selamat jalan Casa, selamat
tinggal Nova, kamu tidak Setia. Kami rakyat aNTah branTah yang dulunya polos
sekarang tidak lagi polos. Sekarang kami sudah berumur rata-rata di atas
sembilan belas tahun. Pergilah kamu CasaNovanto!!!” Hardik rakyat aNTah branTah.
0 komentar:
Posting Komentar