Memanggungkan Indonesia

Breaking News

Kamis, 30 Maret 2017

Andmesh dan Sirih Pinang Selamat Datang

By on 06.06
JIBI Photo : sidomi.com
Sore tadi sekitar pukul 15.00 WITA, di Persimpangan Jalan Bajawa - Thamrin, Kupang, saya dan saudara sepupu saya, sebut saja Erwin Isohone, berangkat ke kos temannya. Jalanan sepi-sepi saja. Padahal jam-jam tersebut pegawai kantoran, terlebih Pegawai Negeri Sipil (PNS) pulang ke rumahnya. Hanya sekali-sekali beberapa motor knalpot 'racing' dengan kecepatan tinggi mendahului GL Max tahun 2000an yang kami tumpangi. Melewati salah satu tikungan jalan, tiba-tiba saja suara riuh terdengar dari belakang kami. Sebuah mobil pick up berwarna putih memuat sekitar 20an orang.

Saya menoleh ke belakang, beberapa wanita berparas ayu berdiri di barisan depan mobil bak terbuka, tepat di belakang sopir. Mungkin saja mereka dari daerah  Sabu dan Rote, yang selama dikenal cantik di kalangan masyarakat Kota Kupang. Ini cerita yang sering saya dengar dari teman-teman dari kampung yang kuliah di Kupang.
Mobil itu terlihat semakin jauh tertinggal di belakang kami karena Erwin lebih cepat memacu sepeda motornya. Mungkin dia sedikit risih dengan suara bising di belakang kami.

Saya sedikit penasaran dengan rombongan di mobil tadi. Dari kejauhan tampak semua mereka berbaju merah, dan mengenakan ikat kepala. Sedikit menjadi catatan, saya tidak terlalu penasaran dengan mojang-mojangnya hehehe... Saya menepuk bahu Erwin memberikan isyarat agar memperlambat laju sepeda motor.

"Bro.. jangan-jangan mereka demo," kata saya.

Erwin yang sedikit kaget, sontak memperlambat laju motornya. Dia bahkan meminggirkan sepeda motor ke tepi jalan, dan membiarkan mobil pick up tersebut mendahuluinya. Sepeda motor kami berhenti total. Ternyata di dalam mobil itu tidak hanya cewek-cewek Rote dan Sabu saja. Ada juga beberapa bapak-bapak paruh baya. Jumlah merka sekitar lima orang duduk di lantai mobil pick up tersebut. Sirih pinang, merah marun tetap menghiasi bibir mereka. Asyik mengunyah sambil berteriak. Telinga saya tidak terlalu jelas mendengar apa yang mereka teriakan. Sesekali spanduk putih usang yang juga gambarnya tidak jelas mereka kibarkan.

"Tidak cukup kontras memang, depan cantik-cantik belakang gagah dan ganteng," gumam saya dalam hati.
Tampak juga sekitar 30an sepeda motor mengekor di belakang mobil pick up tadi. Ada juga beberapa perempuan dengan ikat kepala, sambil mengunyah siri pinang, yang mengendarai sepeda motor meliuk-liuk di antara pengendara laki-laki lainnya.
Saking terkesima pemandangan ini, saya sampai lupa mencari tahu apa sebenarnya yang mereka lakukan. Mobil beserta konvoi sepeda motor tadi sudah jauh melaju ke depan. Sekitar 500an meter.

"Aiii.. Lupa tanya le..." kata erwin sedikit refleks sambil menepok jidatnya.

Langsung dikejarnya rombongan tadi. Tidak terlalu sulit memang untuk mendekati mereka, karena konvoi mereka tidak terlalu cepat. Maklum, mereka harus mengikuti irama mobil komando pick up di depan.

"Kaka,,,,  kaka,, kaka dong demo ka?" tanya Erwin kepada seorang wanita yang juga mengendarai sepeda motor. Ia mengenakan celana dan jaket jeans. Baju kaos putih polos tampak jelas dari depan. Ini karena jaket yang dikenakannya tidak diresleting. Ikat kepalanya berwarna merah tua. Sepintas, dandannya terlihat seperti aktor koboi Amerika tahun 90an. Sirih pinang tetap menghiasi bibir manisnya.

"Sonde nyong, ada pi jemput Andmensh  di bandara ni. Di sampe jam 4," jawabnya penuh semangat sambil tersenyum sumringah. Manis.

Hati kecil saya bergumam lirih, pikir saya mereka melakukan aksi demonstrasi besar-besaran di Kota Kupang. Jika benar, maka Kota Kupang mungkin bisa heboh dan 'chaos' sore ini.

"Kaka nyong mau ikut? Mari su...!!" wanita tadi balik bertanya dan malah mengajak kami untuk ikut rombongannya.

"Iya kaka, kaka dong lewat situ, kami lewat sini saja eee..." jawab Erwin.

Percakapan itu terhenti tepat di pertigaan jalan. Konvoi mereka ke arah kiri, sedangkan kami berbelok ke kanan menuju kos teman.

Sesampainya di kos, suara gemuruh pesawat Garuda Airlines yang tampak di udara hendak 'landing' di bandara El Tari.

"Mungkin Andmes sudah tiba" kata saya dalam hati.

Kupang kembali heboh. Selamat datang di kotamu Andmes. Semoga kamu juga bisa mengunyah sirih pinang seperti saudara-saudaramu tadi. Tetaplah sederhana bro.

Kupang, 30/03/2017

Kamis, 19 Mei 2016

Lerang Wutun, Gugusan Tanjung Eksotik di Desa Riangbaring

By on 07.44
Di tengah hiruk pikuk pemberitaan tentang Tour de Flores dengan salah satu tujuan utamanya adalah mempromosikan pariwisata Flores, maka yang perlu anda ketahui adalah tempat pariwisata apa saja yang berada di pulau yang dijuluki "Nusa Bunga" ini. Panorama keindahan alam di kepulauan Flores memang tidak ada duanya. Sudah begitu banyak titik wisata menakjubkan yang menjadi perhatian masyarakat pariwisata domestik maupun internasional. Sebut saja, Taman Nasional Komodo, keindahan danau Kelimutu di Ende, kampung adat Bena dan Wae Rebo, wisata religius Semana Santa Larantuka, dan salah satu spot penyelaman terindah Indonesia yang terletak di Perairan pulau Alor.


Destinasi pariwisata ini menyimpan keunikan tersendiri sehingga menjadi ikon pariwisata di NTT. Namun demikian, masih banyak juga tempat wisata yang menakjubkan yang luput dari perhatian wisatawan dan media. Salah satunya adalah panorama tanjung Lerang Wutun, yang menyajikan kolaborasi indah gugusan tanjung dari batuan vulkanik, teluk dalam dan hamparan pasir panjang. Pantai yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Flores Timur, NTT,  tepatnya di Desa Riangbaring, Kecamatan Ilebura ini menjadi landscape utama dua gunung berapi kembar, Ile Lewotobi, jika dipandang dari laut Sawu. 
Berhadapan langsung dengan laut lepas, menyebabkan pantai bertanjung ini selalu menjadi sasaran hantaman deburan ombak besar laut Sawu. Gugusan batuan besar yang mejorok ke laut yang terbentuk sejak jutaan tahun lalu, menjadikan tanjung ini memiliki kekhasan tersendiri dari tanjung-tanjung lain yang berada di Indonesia. Diselingi teluk-teluk dalam sepanjang kurang lebih 300 kilometer, memberikan  tantangan tersendiri, karena anda akan berhadapan langsung dengan laut dalam ketika berada tepat di ujung tanjung-tanjung ini.  

Tempat ini sangat representatif bagi pemancing mania. Jenis ikan yang terdapat di lautan ini adalah ikan-ikan lautan dalam. Warna biru pekat di sekitar tanjung, menunjukan kedalaman laut ini patut diperhitungkan. Keindahan bawah laut dari perairan di sekitar tanjung sejauh ini belum diekspose. Hal ini disebabkan karena penyelam profesional belum ada yang sampai ke spot ini. Keunikan lain dari tempat ini adalah barisan rapi pohon cemara yang berdiri kokoh sepanjang tanjung-tanjung ini. Dengan landscape khas daerah tropis, mata anda akan dimanjakan dengan gugusan padang sabana berwarna hijau kekuning-kuningan, yang tumbuh di sela bebatuan kecil di daerah ini. 



Bunyi merdu pohon cemara saat ditiup angin akan menghilangkan rasa lelah setelah  menempuh perjalanan kaki yang cukup jauh untuk sampai ke tempat ini. Maklum, menuju ke tampat ini anda harus menelusuri jalan setapak di antara ladang milik petani setempat dan hamparan padang sabana. Sesekali anda harus masuk atau keluar hutan lamtoro, salah satu pohon khas di daerah ini. Jarak yang ditempuh dari jalan raya ke tempat ini dipredikiskan sekitar satu kilometer.


Dengan gugusan beberapa tanjung yang bebaris rapi, anda akan menyaksikan pemandangan hamparan pasir panjang yang menjadi tempat penyu-penyu menyembunyikan telurnya di setiap musim bertelur. Jejak-jejak kaki penyu di atas pasir, menujukan ekosistem di daerah sekitar pantai ini sesungguhnya belum rusak. Sejauh ini, saya belum mendapatkan informasi di bulan apa penyu-penyu ini mulai bertelur.  Beberapa bentuk bebatuan yang unik, akan menjadi background yang tepat bagi anda jika sekedar berfoto "selfie". Saat siang hari, cuaca di tempat ini terasa sangat panas menyengat. Tapi jangan khawatir, hembusan angin dari lautan lepas akan membawa nuansa tersendiri, yang belum tentu anda dapatkan di daerah lain.



Beberapa hal yang perlu diperhatikan jika anda ingin pergi ke tempat ini adalah, pertama, jangan lupa pergi ke desa yang mejadi tuan rumah dari tempat ini, desa Riangbaring. Hal ini penting, karena anda akan mendapatkan petunjuk yang lengkap terkait situasi dan kondisi di sekitar tempat ini. Ini harus dilakukan demi keselamatan anda, karena belum ada pihak yang bertanggungjawab menjadi pengelola tempat eksotis ini. Silakan memanfaatkan pemandu lokal dari dari desa ini jika ingin petualangan anda menjadi cerita yang menarik. Keramahan masyarakat Riangbaring akan memberikan kesan tersendiri bagi anda ketika memulai petualangan ke tempat ini. Dengan senang hati mereka akan menemani anda untuk menyaksikan keindahan alam dan kehidupan sosial budaya di daerah ini.

Kedua, Jangan lupa membawa bekal secukupnya, kerena ridak ada warung, pedagang, atau pun restoran yang menjajakan kuliner di tempat ini. Jangan sampai anda kelaparan, karena akan merusak mood perjalanan anda. Jika ikan-ikan segar khas laut dalam, dengan rasa yang gurih bisa menjadi pengobat rasa lapar anda, itupun jika anda bisa memancingnya. 



Ketiga, Jangan lupa bawa perlengkapan menyelam jika ingin mengeksplor keindahan bawah laut dari pantai ini. Tentu anda harus mendapatkan ijin dan rekomendasi dari penduduk setempat. Karena apa pun terjadi, mereka adalah orang -orang yang lebih tahu situasi dan kondidisi di tempat ini. Obat-obatan pun seharusnya tidak luput dari perhatian anda, karena cuaca di daerah ini berbeda dengan tempat  tinggal anda masing-masing.

Antara Air Tawar dan Air AsinTeriknya matahari di musim panas akan membuat anda semakin cepat merasa harus. Jika ingin menikmati sumber mata air murni dari daerah ini, maka anda harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Lerang Wutun. Ada satu titik mata air yang keluar dari sela-sela tebing batu. Mata air ini bertemu langsung dengan air laut, ketika ombak menghantam dinding batu tersebut. Menjadi tantangan menarik bagi anda, ketika anda berusaha untuk mengisi sela waktu yang sangat singkat, hanya beberapa detik, agar bisa mendapatkan air murni nan segar. Ketangkasan anda diuji dengan kecepatan deburan ombak yang bersusulan menghantam dinding batu ini. Jika terlambat sedikit saja, maka air laut yang asin akan menjadi minuman anda.

Tempat ini sangat cocok bagi para backpaker, karena ada tempat yang datar dan cukup luas di area bebatuan tanjung ini untuk mendirikan kemah. Anda akan menyaksikan sunset yang sangat indah di Lerang Wutun saat matahari mulai beranjak ke peraduannya. Jika ingin berkemah, maka anda harus ditemani oleh beberapa orang untuk menghilangkan rasa sepi. Jangan lupa, mintalah petunjuk dari masyarakat asli setempat untuk urusan ini. 



Untuk mengkses surga di selatan Flores bagian timur ini, maka pintu masuk yang lebih dekat adalah dari Kota Larantuka. Bagi yang berasal dari luar NTT, anda harus ke Kupang, sebelum melakukan penerbangan perintis ke Kota Larantuka. Dari Larantuka, anda bisa menggunakan moda trasportasi angkutan darat di terminal Lamawalang menuju desa Riangbaring, atau Boru. 
(Andri Atagoran)

Foto: Paulus Baba Mare

Sabtu, 23 April 2016

Prihatin Akan Rendahnya Minat Menulis Mahasiswa Flores Timur, AMA Jakarta Gelar Latihan Jurnalistik

By on 03.08
Peserta pelatihan jurnalistik sedang mengikuti materi Pelatihan Jurnalistik AMA Jakarta
Rendahnya minat menulis generasi muda Flores Timur, khususnya kalangan mahasiswa menjadi perhatian khusus pegiat pers dari Flores Timur di Jakarta. Menyikapi persoalan ini, Angkatan Muda Adonara Jakarta (AMA Jakarta), mengadakan kegiatan pelatihan Jurnalistik di gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu, 23 April 2016.

Kegiatan yang diikuti oleh tujuh belas anggota baru AMA Jakarta ini meliputi dua materi, yaitu fotografi jurnalistik dan dasar-dasar jurnalistik. Yudha, alumni jurusan Fotografi, Kampus Tercinta Institut Ilmu Sosial dan Politik Jakarta (ISIP), membawakan materi jurnalistik fotografi pada sesi pertama. Dengan gayanya yang santai dan lugas, Yudha memberikan materi dasar-dasar fotografi jurnalistik, sehingga muda dicerna oleh peserta.

Menurut Yudha, ditengah arus perkembangan teknologi dan informasi berbasis digital, fotografi jurnalistik menjadi bagian penting dalam proses penyajian sebuah berita atau tulisan berupa opini. "Berita atau opini tersebut semakin dipertegas dengan gambar yang ada dan menjadi sebuah sajian yang menarik," Ungkap Yudha.

Sementara itu, Ferdinand Lamak, wartawan senior dari Flores Timur yang membawakan materi, dasar-dasar jurnalistik media cetak dan elektronik, mengungkapkan keresahannya terhadap minat menulis yang sangat rendah dari generasi muda Flores Timur, khususnya kalangan mahasiswa dan lulusan baru sarjana. "Beberapa bulan lalu saya dihubungi oleh salah satu teman wartawan yang menanyakan teman-teman wartawan muda dari Flores Timur untuk ditugaskan di salah satu media, saya katakan tidak ada, karena saya sendiri tidak menemukan selama ini." kata pria yang telah menggeluti dunia jurnalistik sejak tahun 1996 ini.

Dengan adanya kegiatan pelatihan jurnalistik ini, mudah-mudahan tidak hanya terget pelaksanaan Program Kerja Bidang Jurnalistik AMA Jakarta saja yang dapat dilaksanakan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum AMA Jakarta, Agus Muda, usai kegiatan ini dilaksanakan. "Jadi harapan saya bahwa dengan adanya latihan jurnalistik ini, kedepannya semakin banyak generasi muda Flores Timur terutama dari AMA Jakarta yang berminat di dunia jurnalistik hingga dapat menjadi jurnalis terkenal," kata Agus.
Salah satu peserta pelatihan, Klaren Muda mengatakan bersyukur sekali dapat mengikuti kegiatan ini karena pelajaran jurnalistik ini tidak diberikan di fakultas atau jurusan lain. "Besar harapan kami mudah-mudahan teman-teman dapat mengaplikasikan apa yang di dapat dalam pelatihan ini," kata Klaren.
Sementara itu, peserta lainnya, Azis WN, mengatakan sangat senang dengan kegiatan ini, dan mudah-mudahan ada tindak lanjut dari kegiatan ini. Menurutnya, pelatihan ini masih pada tataran dasar-dasar jurnalistik, sehingga kedepannya akan ada pelatihan jurnalistik lanjutan untuk mempertahankan semangat belajar teman-teman. "Untuk teman-teman sekalian, setelah ini semoga kita bisa mengasah kemampuan kita lewat media yang telah disediakan seperti buletin dan situs resmi AMA Jakarta," ujar mahasiswa Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia (STPI) ini.
 
Pada sesi akhir pelatihan ini, peserta diberikan tugas untuk mentransformasikan fakta-fakta yang dibagikan lewat beberapa artikel menjadi sebuah berita yang menarik. "Hal ini bertujuan untuk menguji sejauh mana kemampuan menulis mahasiswa, sehingga kedepannya dapat dijadikan standar untuk menentukan materi-materi yang akan diberikan," ungkap Ferdinand menutup pembicaraannya. (Andri Atagoran)

Rabu, 09 Desember 2015

Novanto Hood, si Robin yang gagal Setia (Sebuah Dagelan)

By on 09.48



Ini tentang sebuah kisah dari negeri aNTah branTah. Negeri ini terkenal dengan rakyatnya yang begitu polos. Usia rata-rata rakyatnya yaitu di bawah sembilan belas tahun. Tidak terlalu muda memang, karena di usia demikian seorang anak manusia pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta. Ini menurut ajaran dari sang kakek penemu teori psikologi, Wilhelm Maximilian Wundt (1832-1920).
Sebuah anekdot, ketika semua rakyatnya berusia demikian, maka tidaklah mengherankan jika ‘Cinta’ menjadi hal yang palin dicari. Jika mengikuti hukum permintaan dalam teori ekonomi makro, maka cinta saat itu menjadi barang atau hal yang paling mahal karena banyak orang yang mencarinya. Yang paling mengherankan adalah orang-orang di negeri itu tetap memburu cinta, walaupun terbilang cukup mahal. Bahkan, suatu ketika, seseorang dari negeri seberang pun berburu cinta di negeri aNTah branTah ini. Terkenal dengan kekayaanya yang berlimpah, tentu orang ini bisa saja membeli cinta kapan pun dan berapa pun yang dia mau.
Maka tersiarlah kabar tentang kekayaan saudagar ini ke seluruh pelosok negeri aNTah branTah. Cinderela, si gadis ‘cerobong asap’, tidak luput dari berita tentang kekayaaan saudagar ini. Suatu hari, ia pergi keluar rumah menuju kerumunan orang-orang. Orang banyak ini menunggu saudagar kaya untuk menjajakan cintanya.  Berada di antara kerumunan orang banyak, Cindera yang berparas ayu tidak luput dari perhatian sang saudagar. Mereka pun berkenalan.
Sang saudagar yang terpesona dengan kecantikan Cinderela akhirnya jatuh cinta. Cinderela yang saat itu masih berumur sembilan belas tahun terlihat begitu polos. Tanpa malu ia lalu berkata kepada si Nova, nama saudagar kaya tersebut. Nama panjang saudagar kaya tersebut adalah CasaNovanto.
“Hai Nova, jika kamu mencintaiku maka ungkapkanlah rasamu. Tetapi sebelumnya, ijinkanlah aku mencoblos gambar wajahmu dengan pipi yang tembem itu. Kusuka perutmu karena sedikit buncit, menunjukan kedewasaanmu dalam bertindak,” kata Cinderela kepada Nova.
“Aku ini adalah tipe peria yang penyayang dan setia, tanpa mengungkapkan rasa pun, saya tahu kamu menerima saya menjadi pacarmu,” jawab Casanova dengan penuh percaya diri.
Sekian lama berpacaran, mereka pun menikah. Perayaan nikah mereka dikukuhan dalam pesta yang terbilang meriah ibarat pesta DemoCrazy, karena pesta ini melibatkan hampir seluruh lapisan masyarakat. Warga yang berada di negeri aNTah branTah pun semakin kagum dengan perilaku sang Casanova yang tidak menjaga jarak dengan banyak orang. Padahal, kalau mau dibilang, Casanova hanyalah seorang manusia biasa yang kaya, bahkan dari negeri seberang.
Satu tahun berlalu. Dua tahun lenyap pergi. Tiga tahun, empat tahun, lima tahun terlewati. Mereka masih belum dikaruniai anak. Anak yang diharapkan dapat menjadi kebanggaan dari kedua orang tua bahkan masyarakat setempat. Warga yang selalu menanti kejutan itu pun dengan penasaran mulai bertanya satu sama lain. “siapakah yang mandul? Sang Nova kah atau si Cindy yang dulu terkenal dengan kepolosannya?”
Lambat laun Nova terlihat mulai jenuh dengan keadaan karena tidak dikaruniai seorang anak. Cintanya pada Cinderela terlihat mulai memudar. Iya, cinta yang awalnya dibeli dengan harga yang begitu mahal perlahan dilepas begitu saja.
Cinderala, wanita cantik yang sudah tidak perawan lagi memiliki rambut semampai, seindah barisan teratur padang savana yang melatarbelakangi pantai Pede di Manggarai. Betisnya yang putih dan mulus bak garis pantai di Labuhan Bajo dengan ombak yang berguling sedikit rapi. Lekukan tubuhnya indah, ibarat perbukitan di Manggarai Barat yang terancam hawa nafsu tambang. Cinderela, wanita yang mulai direlakan sang Casanova. Ia direlakakan untuk dijamah oleh siapa pun yang penting berfulus. Cinderala semakin terpuruk.
Belum lagi nasib Cinderela usai dalam satu episode cerita, sang Casanova memulai cerita yang baru. Ia jatuh hati lagi dengan janda hitam manis, sexy dan menggoda dari negeri yang jauh di timur. Kali ini janda dari negeri mutiara hitam. Masih cantik dan menggiurkan walau sudah lama sering dijamah oleh tangan-tangan jail, para hidung belang yang tak tahu dari mana rimbanya.
Perawakan sedikit berbeda jika dibandingkan dengan Cinderela, janda ini terlihat sedikit lebih tinggi dengan badan yang sedikit lebar tapi tetap berbentuk bak gitar Spanyol. Sexy dan menawarkan kenikmatan duniawi tiada akhir. Casanova, sosok yang selama ini dikenal masyarakat aNTah branTah bagaikan superhero ‘Robin Hood’ kini terlihat semakin berbeda. Kali ini dia suka berfoto selfi, sekedar untuk pencitraan atau narsisme. Yang menakjubkan, jaman itu adalah jaman baheula, tapi sang Casanova tetap memaksakan harus ada kamera, agar dia dapat berfoto selfie dengan calon bos penikmat Janda yang sama. Calon bos tersebut berasal dari negeri yang tak tahu dari mana rimbanya. Mungkin benar, kata rakyat kebanyakan, orang tersebut berasal dari negeri Uncle Sam. Bukannya disanjung, eh… Casanova malah dimaki-maki oleh rakyat negeri aNTah BraNTah.
“Manusia tak tahu diuntung. Sudah datang dari negeri seberang, dikaruniai wanita cantik malah dikhianati. Lalu dengan bangga kamu berselfi ria,” demikianlah hujatan rakyat dari negeri aNTah branTah terhadap Casanova.
Kembali lagi ke janda sexy dari negeri mutiara hitam. Tidak semua orang dapat menjamahnya. Hanya orang-orang tertentu saja. Saudagar kaya seperti Casanova dapat masuk nominasi ini, bisa juga dari orang-orang yang dekat dengan keluarga dari sang janda tersebut.
Rasa-rasanya, Casanova tidak terlalu kesulitan dengan tantangan mendapatkan janda ini. Kaya iya, tinggal bagaimana caranya agar ia dapat lebih dekat dengan ayah dari sang janda ini. Akhirnya strategi pendekatan dibentuk. Bukan namanya CasaNova kaalu tidak mendapatkan apa yang diinginkan sekalipun dengan cara-cara yang tidak halal. Sang ayah berhasil didekati bahkan hubungan keduanya tarlihat cukup intim. Tanpa batas. Hingga satu kalimat dari sang Casanova pun keluar untuk sang ayah “Papa Minta Saham.”
Ayah sang Janda kebingungan. “Minta saham atau sperma yah?” Katanya dalam hati. Iya, bisa saja spermanya yang bisa melahirkan janda-janda sexy baru sekedar untuk dikoleksi. Sang ayah yang kebingungan mulai mereview kembali maksud dari permintaan Casanova. Ia lalu bertanya ke orang banyak. Orang banyak yang sedang marah pada Casanova naik pitam. Merekan mengadilinya, walau dengan sangsi yang sangat tidak berat.
Rakyat aNTah branTah yang polos akhirnya tahu dan sadar kalau saudagar kaya yang bernama CasaNovanto telah menghianati mereka. CasaNovanto yang dulunya sangat dikagumi kini terpuruk dan dibenci seluruh pelosok negeri aNTah branTah. CasaNovanto yang bertindak bak Robin Hood, akhirnya menunjukan ketidaksetiaannya. Iya, CasaNovanto hanyalah Novanto Hood yang gagal Setia.
“Selamat jalan Casa, selamat tinggal Nova, kamu tidak Setia. Kami rakyat aNTah branTah yang dulunya polos sekarang tidak lagi polos. Sekarang kami sudah berumur rata-rata di atas sembilan belas tahun. Pergilah kamu CasaNovanto!!!” Hardik rakyat aNTah branTah.

Senin, 07 Desember 2015

Hegong, Spirit Budaya dan Ekspresi diri Kaum Muda Maumere di Teka Iku Cultural Night

By on 09.48

Hentakan kaki dan gerak gemulai tangan diiringi irama  gong waning, hegong menjadi ikon pentas seni dari tanah  Sikka yang harus dipertahankan sebagai warisan kekayaan budaya.


Enam orang gadis berparas ayu, beriringan memasuki panggung utama. Gerakan tangan yang lentur sambil melambaikan ikun (asesoris hegong yang terbuat dari ekor kuda), diiringi alunan musik gong dengan ritme yang khas. Lalu mengekor dari belakang dua orang pria dengan gerakan khas yang seragam. Lenturan tangan para penari terlihat begitu unik menunjukan bahwa semua orang belum tentu dapat melakukan gerakan ini. Ritme setiap gerakan selalu mengikuti hentakan gong. Sekali-kali berubah dalam tempo yang lebih cepat, kadang melambat dengan gerakan sedikit lunglai namun seragam.
Suara gendang dan alat musik pendukung lainnya selalu mengisi celah kosong alunan khas gong Maumere.  Penonton yang hadirpun tenggelam dalam pertunjukan khas pemain musik dan penari.  Demikianlah suasana gempita pertunjukan tarian hegong dalam Teka Iku Cultural Night yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Maumere Jakarta (PMMJ) di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 28 November 2015.
Malam itu, hegong menjadi tontonan yang unik di antara beberapa mata acara seperti pentas musik etnis dan yang lainnya. Perpaduan busana, variasi gerakan yang selalu berubah sesuai dengan ritme gong waning. Suasana menjadi terasa semakin intim ketika dua orang penari pria terlihat begitu ekspresif menari di antara liukan cantik enam gadis penari lainnya.
Menurut Budayawan dari kabupaten Sikka, Simpli Yuvensalis, gerakan hegong yang diperagakan oleh kalangan pemuda dan mahasiswa Maumere ini adalah bentuk ekspresi diri akan keberadaan dan identitas masyarakat kabupaten Sikka terutama kalangan muda di Jakarta.
“Dengan adanya pentas seni seperti Teka Iku Cultural Night ini, para mahasiswa ingin menjelaskan kepada masyarakat bahwa hegong merepresentasikan kekayaan budaya Kabupaten Sikka, karena hegong merupakan comunal art performance yang mengandung beberapa unsur seni seperti musik, tari, dan busana,” kata Simplisius.
Hegong sendiri menurut Simpli berarti gerakan tari khas yang mengikuti gong waning yang secara kontekstual memiliki perbedaan dari masing-masing wilayah budaya di Kabupaten Sikka. Untuk wilayah Maumere bagian barat dan tengah, gerakan tari hegong memiliki dua macam yaitu mengikuti irama bunyi gong cepat (ropo) dan lambat (neger). Sedangkan di wilayah Maumere bagian timur, hegong dibagi menjadi beberapa ragam sesuai peruntukannya. Beberapa ragam hegong seperti Soka Papak untuk mengiringi kepala musuh dibawa pulang sebagai hasil dari perang, Soka Ikun Beta yaitu tarian hegong yang heroik meditatif yang sakral serta Soka Hele Larak untuk menepis bencana.
Wilfried Yons Ebiet, salah satu tokoh muda dari Kabupaten Sikka yang turut memprakarsai kegiatan ini, mengatakan bahwa hegong seharusnya menjadi ikon pentas seni dari Kabupaten Sikka. Hengong pantas dan layak untuk dipertahankan sebagai warisan kekayaan budaya.
jadi selain memberikan hiburan kepada para tamu undangan, kegiatan Teka Iku Cultural Night ini juga menjadi ajang bagi generasi muda Maumere untuk mengkespresikan diri. Mereka mau menyampaikan bahwa Sikka punya hegong yang menjadi ikon pentas seni sebagai warisan budaya.” Tutup Ebiet.(Andri Atagoran)

Senin, 16 November 2015

Sekilas Tentang Anak Zaman

By on 01.40
Anak Zaman adalah sebuah blog pribadi yang dikembangkan oleh Andri Atagoran. Blog ini sengaja dikembangkan untuk memenuhi hasrat menulis dari pemilik, dan sekaligus sebagai media untuk berbagi informasi.Pengembangan blog ini secara sengaja menampilkan konten general yang mudah diakses oleh siapa pun juga. Berbagai informasi entah yang update maupun postingan lama akan selalu berguna unruk siapa pun juga. Karena bagi pemilik blog, Ilmu, kapan pun ditemukan, akan tetap mejadi ilmu yang abadi. Blog ini juga terbuka bagi siapa pun juga yang ingin menerbitkan tulisan dalam bentuk berita atau opini. Berita atau opini yang dikirim harus memenuhi beberapa kriteria antara lain merupakan hasil tulisan sendiri, dan dianggap layak untuk dibagikan kepada pengunjung blog ini. Bagi teman-teman yang ingin artikel atau beritanya diterbitkan, silakan hubungi pemilik blog ini melalui email : andry.atagoran@gmail.com

Salam.

Andri Atagoran

Senin, 09 November 2015

Surabaya , 10 November 1945, Sebuah Refleksi.

By on 22.40


Source : http://www.merdeka.com
Oleh : Andri Atagoran

Sepuluh November, hari pahlawan Republik Indonesia. Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia telah mencatatat bagaimana gigihnya para pejuang kita di kala itu, ketika bertempur melawan pasukan kolonial. 10 November 1945, kala itu, tidak hanya sebatas cerita yang perlu dikenang, tetapi lebih dari pada itu, peristiwa 10 November telah banyak memberikan pengaruh terhadap perlawanan-perlawanan rakyat indonesia di daerah lainya.

Kita tidak perlu mengulas lagi bagaimana kronologi sejarah, karena saya sendiri pun yakin, bahwa kita semua yang memiliki semangat Nasionalisme, tentu sudah tahu banyak tentang sejarah di kota Surabaya ini. Jauh lebih penting bagi kita adalah merefleksikan kembali, bagaimana semangat nasionalisme yang berkobar saat itu untuk negri yang beberapa bulan yang lalu baru memproklamirkan kemerdekaanya.   

Perang ini merupakan perang terberat dan menelan korban terbanyak dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia melawan Kolonialisme (sumber : wilkipedia). Secara matematis, Inggris yang tergabung dalam pasukan kolonial, yang diboncengi oleh Pemerintah Sipil Hindia Belanda yang ditugaskan di Indonesia kala itu, NICA (Nederlandsch Indië Civil Administration), memperkirakan hanya membutuhkan tiga hari untuk menumpas perlawanan rakyat Indonesial kala itu.

Tetapi apa yang terjadi setelahnya sungguh jauh berbeda dari perkiraan. Tentara Kolonial harus menghabiskan waktu sebulan untuk menghentikan dan mengambil alih kota Surabaya yang saat itu dikuasai oleh tentara dan pemerintah Indonesia yang baru terbentuk, 17 Agustus 1945 silam. Semangat perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), saat ini menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang pantang menyerah bersama rakyat, telah memberikan sebuah catatan penting, bagaimana rasa Nasionalisme yang tumbuh dari kesadaran murni, akan mampu menghancurkan segala sesuatu yang mengancam kesatuan dan keutuhan NKRI.

Lalu, apa makna dari perjuangan para pahlawan bangsa pada zaman kemerdekaan bagi kita generasi muda sekarang? Apa pun terjadi, kita sebagai generasi muda akan tetap menjadi anak zaman. Terlahir di zaman yang berbeda,  sedikit banyak telah memberikan pengaruh terhadap semangat Nasionalisme kita. Banyak di antara kita yang saat ini dinobatkan menjadi pahlawan masa kini.  Sebut saja di bidang olahraga ada atlet bulutangkis Indonesia seperti Rudy Hartono, Haryanto Arbi yang tenar dengan julukan “smash 100 watt”, Lim Swie king dan Taufik Hidayat serta beberapa sosok atlit lainnya yang mengharumkan nama Indoensia di kancah Internasional.

Di bidang pengembangan teknologi  ada  B.J Habibie dengan besutannya Boeing-777, pesawat N-250 yang sempat terbang di langit Indonesia sebagai simbol kejayaan dirgantara. Lalu kita kenal juga Prof Sedijatmo yang menemukan Pondasi Cakar Ayam untuk mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta.

Di bidang pertanian kita mengenal Gun Soetopo, pengusaha buah naga, yang mengubah kawasan yang dulunya merupakan hamparan semak belukar yang didominasi pakis dan gelam menjadi kawasan pertanian unggulan (sumber : http://inovasiuntukindonesia.org).

Ini hanyalah sebagian kecil dari pahlawan masa kini yang sering atau mungkin juga tidak kita kenal. Ironisnya, di lain hal, tidak sedikit berita atau peristiwa yang menggambarkan mundurnya semangat nasionalisme sabagai bentuk penghargaan kita atas jasa para pendiri dan pejuang kemerdekaan bangsa. Pembakaran rumah ibadah di beberapa wilayah, tindakan korupsi yang merajalela, kisruh sepakbola nasional. Ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang kita sebut sebagai ancaman keutuhan NKRI dari dalam tubuh kita sendiri.

Beberapa sosok pahlawan masa kini yang saya sebutkan di atas, sedikit banyak telah memberikan kontribusi bagi kehidupan orang banyak di negri ini. Tidak sedikit juga orang lain yang berubah, dan melakukan hal yang sama seperti yang mereka laukan, walau pun dalam bidang yang berbeda. Ketika kita medengar  berita kontingan Indonesia menjuarai berbagai olimpiade sains di luar negri. inilah generasi muda kita, mereka-mereka sebagi anak zaman yang mengikuti jejak dengan semangat nasionalisme para pendahulunya.

Hal ini mengingatkan saya bagaiamana perang-perang yang lainnya turut berkobar setelah meletusnya perang di Surabaya. Ini sebagai tanda bahwa perasaan nasionalisme bersama sudah tumbuh sejak zaman itu. Lalu apa yang terjadi dengan anak zaman ini? Gaya hidup (life style) modern yang menyerang generasi muda masa kini, telah menyelimuti kita dalam satu kebiasaan hedonisme, konsumerisme bahkan menjurus ke arah hyperkonsumerisme. Fenomena ini menyebabkan generasi muda kita cenderung melupakan hal-hal  berbau nasionalisme.

Bukan berarti saya mengatakan bahwa setiap generasi muda  terjebak dalam pusaran modernitas maka adalah generasi yang anti nasionalisme. Saya hanya mau menjelaskan, bahwa sejarah perjuangan para pahlawan kita di masa lalu, paling tidak atau sedikit, hendaklah kita memaknainya sebagai kekuatan untuk menyikapi dengan bijak tantangan modernitas dalam mewujudkan masa depan.

Jimly Ashshiddiqie, Tokoh Nasional dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi , mengatakan, makin jauh kita menghargai masa lalu, makin terbuka peluang dan tantangan bagi kita untuk berusaha mewujudkan mimpi tentang masa depan. Hanya dengan kesediaan dan kemampuan menghargai masa lalu itulah, kita berhak untuk bermimpi membangun peradaban bangsa kita di masa depan.

Sudah saatnya, kita menjadi pahlawan dagi diri sendiri dan bagi orang lain di sekitar kita!
Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2015!