Memanggungkan Indonesia

Senin, 07 Desember 2015

Hegong, Spirit Budaya dan Ekspresi diri Kaum Muda Maumere di Teka Iku Cultural Night

By on 09.48

Hentakan kaki dan gerak gemulai tangan diiringi irama  gong waning, hegong menjadi ikon pentas seni dari tanah  Sikka yang harus dipertahankan sebagai warisan kekayaan budaya.


Enam orang gadis berparas ayu, beriringan memasuki panggung utama. Gerakan tangan yang lentur sambil melambaikan ikun (asesoris hegong yang terbuat dari ekor kuda), diiringi alunan musik gong dengan ritme yang khas. Lalu mengekor dari belakang dua orang pria dengan gerakan khas yang seragam. Lenturan tangan para penari terlihat begitu unik menunjukan bahwa semua orang belum tentu dapat melakukan gerakan ini. Ritme setiap gerakan selalu mengikuti hentakan gong. Sekali-kali berubah dalam tempo yang lebih cepat, kadang melambat dengan gerakan sedikit lunglai namun seragam.
Suara gendang dan alat musik pendukung lainnya selalu mengisi celah kosong alunan khas gong Maumere.  Penonton yang hadirpun tenggelam dalam pertunjukan khas pemain musik dan penari.  Demikianlah suasana gempita pertunjukan tarian hegong dalam Teka Iku Cultural Night yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Maumere Jakarta (PMMJ) di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 28 November 2015.
Malam itu, hegong menjadi tontonan yang unik di antara beberapa mata acara seperti pentas musik etnis dan yang lainnya. Perpaduan busana, variasi gerakan yang selalu berubah sesuai dengan ritme gong waning. Suasana menjadi terasa semakin intim ketika dua orang penari pria terlihat begitu ekspresif menari di antara liukan cantik enam gadis penari lainnya.
Menurut Budayawan dari kabupaten Sikka, Simpli Yuvensalis, gerakan hegong yang diperagakan oleh kalangan pemuda dan mahasiswa Maumere ini adalah bentuk ekspresi diri akan keberadaan dan identitas masyarakat kabupaten Sikka terutama kalangan muda di Jakarta.
“Dengan adanya pentas seni seperti Teka Iku Cultural Night ini, para mahasiswa ingin menjelaskan kepada masyarakat bahwa hegong merepresentasikan kekayaan budaya Kabupaten Sikka, karena hegong merupakan comunal art performance yang mengandung beberapa unsur seni seperti musik, tari, dan busana,” kata Simplisius.
Hegong sendiri menurut Simpli berarti gerakan tari khas yang mengikuti gong waning yang secara kontekstual memiliki perbedaan dari masing-masing wilayah budaya di Kabupaten Sikka. Untuk wilayah Maumere bagian barat dan tengah, gerakan tari hegong memiliki dua macam yaitu mengikuti irama bunyi gong cepat (ropo) dan lambat (neger). Sedangkan di wilayah Maumere bagian timur, hegong dibagi menjadi beberapa ragam sesuai peruntukannya. Beberapa ragam hegong seperti Soka Papak untuk mengiringi kepala musuh dibawa pulang sebagai hasil dari perang, Soka Ikun Beta yaitu tarian hegong yang heroik meditatif yang sakral serta Soka Hele Larak untuk menepis bencana.
Wilfried Yons Ebiet, salah satu tokoh muda dari Kabupaten Sikka yang turut memprakarsai kegiatan ini, mengatakan bahwa hegong seharusnya menjadi ikon pentas seni dari Kabupaten Sikka. Hengong pantas dan layak untuk dipertahankan sebagai warisan kekayaan budaya.
jadi selain memberikan hiburan kepada para tamu undangan, kegiatan Teka Iku Cultural Night ini juga menjadi ajang bagi generasi muda Maumere untuk mengkespresikan diri. Mereka mau menyampaikan bahwa Sikka punya hegong yang menjadi ikon pentas seni sebagai warisan budaya.” Tutup Ebiet.(Andri Atagoran)

0 komentar:

Posting Komentar