Memanggungkan Indonesia

Kamis, 06 Februari 2014

"Presiden Setengah Binatang" Kajian Filsafat Kekuasaan Era Demokrasi

By on 04.56




Buku karya Eduardus Lemanto "Presiden Setengah Binatang" diluncurkan pada hari Rabu (5/1/2014), pukul 14.00 – 16.00 Wib di Ruang Musro, Hotel Borobudur, Jakarta. Judul buku yang terkesan agak menantang dan sexy ini memuat sejumlah kajian Filsafat kekuasaan pada era demokrasi pasca Orde Baru.

Eduardus Lemanto merupakan Mahasiswa Magister Sekolah Tinggi Filsafat Dryarkara, Jakarta. Turut menjadi pembicara dalam acara tersebut mantan ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Mahfud MD, dosen Ilmu Filsafat UI Rocky Gerung dan Direktur Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) Sebastian Salang.

Dalam paparannya Mahfud mengatakan Presiden yang dipilih melalui sistem demokrasi itu tidak pernah menjadi dirinya sendiri.  Dia disandra karena dipilih oleh kepentingan politik, loby politik dan investor politik. "Sekarang hampir tidak ada orang yang benar-benar mempunyai Visi yang tajam dan lengkap," katanya.

Mahfud juga mengatakan karena demokrasi itu adalah pilihan yang paling baik di antara yang buruk, maka tinggal kita mendidik masyarakat untuk meminimalisir jeleknya demokrasi. "Pada dasarnya tidak ada sistem yang lebih baik dari demokrasi, walaupun demokrasi itu melahirkan pemimpin-pemimpin seperti yang sekarang ini.," katanya.

Sementara itu dalam Kajian mengenai isi buku itu sendiri direktur FORMAPPI Sebastian salang mengatakan judul buku ini memang menantang dan sexy, apalagi di tahun politik seperti ini. Beliau juga mengatakan hadirnya buku ini merupakan gambaran dari semangat muda dan pandangan yang progresif akan sebuah perubahan.

"Demokrasi tidak hanya melibatkan partisipasi masyarakat, tetapi juga harus mampu mewujudkan cita-cita murni demokrasi itu sendiri yaitu terwujudnya kesejahteraan masyarakat," tegas Sebastian..

Dalam acara yang dihadiri sekitar 100 orang dari berbagai kalangan itu, Dosen Kajian Filsafat Universitas Indonesia Rocky Gerung sedikit memberikan kritik terhadap kaum muda yang selalu santai tanpa ada perasaan tertekan tetapi dalam koindisi marah terhadap kinerja pemerintah saat ini.

Menyikapi hadirnya buku ini beliau mengatakan filsafat dari awal berusaha untuk mencari pemimpin yang berpikiran bukan berkekuasaan. "Sejarah ini negara ini didirikan oleh kalangan intelektual, jadi kalau mau memperbaiki negara ini kembalikanlah kepada dunia intelektual," Tegasnya. Rocky juga mengatakan bahwa politik yang seharusnya menjadi ajang pertengkaran argumen berubah menjadi pertengkaran sentimen.

"Kita masih belum berani mempertaruhkan ide kita, dan menggaransikan diri kita dengan figur-figur hebat sebelumnya," kata Rocky mengakhiri pembicaraannya. (Andri Atagoran)


0 komentar:

Posting Komentar