Memanggungkan Indonesia

Kamis, 19 Mei 2016

Lerang Wutun, Gugusan Tanjung Eksotik di Desa Riangbaring

By on 07.44
Di tengah hiruk pikuk pemberitaan tentang Tour de Flores dengan salah satu tujuan utamanya adalah mempromosikan pariwisata Flores, maka yang perlu anda ketahui adalah tempat pariwisata apa saja yang berada di pulau yang dijuluki "Nusa Bunga" ini. Panorama keindahan alam di kepulauan Flores memang tidak ada duanya. Sudah begitu banyak titik wisata menakjubkan yang menjadi perhatian masyarakat pariwisata domestik maupun internasional. Sebut saja, Taman Nasional Komodo, keindahan danau Kelimutu di Ende, kampung adat Bena dan Wae Rebo, wisata religius Semana Santa Larantuka, dan salah satu spot penyelaman terindah Indonesia yang terletak di Perairan pulau Alor.


Destinasi pariwisata ini menyimpan keunikan tersendiri sehingga menjadi ikon pariwisata di NTT. Namun demikian, masih banyak juga tempat wisata yang menakjubkan yang luput dari perhatian wisatawan dan media. Salah satunya adalah panorama tanjung Lerang Wutun, yang menyajikan kolaborasi indah gugusan tanjung dari batuan vulkanik, teluk dalam dan hamparan pasir panjang. Pantai yang terletak di wilayah selatan Kabupaten Flores Timur, NTT,  tepatnya di Desa Riangbaring, Kecamatan Ilebura ini menjadi landscape utama dua gunung berapi kembar, Ile Lewotobi, jika dipandang dari laut Sawu. 
Berhadapan langsung dengan laut lepas, menyebabkan pantai bertanjung ini selalu menjadi sasaran hantaman deburan ombak besar laut Sawu. Gugusan batuan besar yang mejorok ke laut yang terbentuk sejak jutaan tahun lalu, menjadikan tanjung ini memiliki kekhasan tersendiri dari tanjung-tanjung lain yang berada di Indonesia. Diselingi teluk-teluk dalam sepanjang kurang lebih 300 kilometer, memberikan  tantangan tersendiri, karena anda akan berhadapan langsung dengan laut dalam ketika berada tepat di ujung tanjung-tanjung ini.  

Tempat ini sangat representatif bagi pemancing mania. Jenis ikan yang terdapat di lautan ini adalah ikan-ikan lautan dalam. Warna biru pekat di sekitar tanjung, menunjukan kedalaman laut ini patut diperhitungkan. Keindahan bawah laut dari perairan di sekitar tanjung sejauh ini belum diekspose. Hal ini disebabkan karena penyelam profesional belum ada yang sampai ke spot ini. Keunikan lain dari tempat ini adalah barisan rapi pohon cemara yang berdiri kokoh sepanjang tanjung-tanjung ini. Dengan landscape khas daerah tropis, mata anda akan dimanjakan dengan gugusan padang sabana berwarna hijau kekuning-kuningan, yang tumbuh di sela bebatuan kecil di daerah ini. 



Bunyi merdu pohon cemara saat ditiup angin akan menghilangkan rasa lelah setelah  menempuh perjalanan kaki yang cukup jauh untuk sampai ke tempat ini. Maklum, menuju ke tampat ini anda harus menelusuri jalan setapak di antara ladang milik petani setempat dan hamparan padang sabana. Sesekali anda harus masuk atau keluar hutan lamtoro, salah satu pohon khas di daerah ini. Jarak yang ditempuh dari jalan raya ke tempat ini dipredikiskan sekitar satu kilometer.


Dengan gugusan beberapa tanjung yang bebaris rapi, anda akan menyaksikan pemandangan hamparan pasir panjang yang menjadi tempat penyu-penyu menyembunyikan telurnya di setiap musim bertelur. Jejak-jejak kaki penyu di atas pasir, menujukan ekosistem di daerah sekitar pantai ini sesungguhnya belum rusak. Sejauh ini, saya belum mendapatkan informasi di bulan apa penyu-penyu ini mulai bertelur.  Beberapa bentuk bebatuan yang unik, akan menjadi background yang tepat bagi anda jika sekedar berfoto "selfie". Saat siang hari, cuaca di tempat ini terasa sangat panas menyengat. Tapi jangan khawatir, hembusan angin dari lautan lepas akan membawa nuansa tersendiri, yang belum tentu anda dapatkan di daerah lain.



Beberapa hal yang perlu diperhatikan jika anda ingin pergi ke tempat ini adalah, pertama, jangan lupa pergi ke desa yang mejadi tuan rumah dari tempat ini, desa Riangbaring. Hal ini penting, karena anda akan mendapatkan petunjuk yang lengkap terkait situasi dan kondisi di sekitar tempat ini. Ini harus dilakukan demi keselamatan anda, karena belum ada pihak yang bertanggungjawab menjadi pengelola tempat eksotis ini. Silakan memanfaatkan pemandu lokal dari dari desa ini jika ingin petualangan anda menjadi cerita yang menarik. Keramahan masyarakat Riangbaring akan memberikan kesan tersendiri bagi anda ketika memulai petualangan ke tempat ini. Dengan senang hati mereka akan menemani anda untuk menyaksikan keindahan alam dan kehidupan sosial budaya di daerah ini.

Kedua, Jangan lupa membawa bekal secukupnya, kerena ridak ada warung, pedagang, atau pun restoran yang menjajakan kuliner di tempat ini. Jangan sampai anda kelaparan, karena akan merusak mood perjalanan anda. Jika ikan-ikan segar khas laut dalam, dengan rasa yang gurih bisa menjadi pengobat rasa lapar anda, itupun jika anda bisa memancingnya. 



Ketiga, Jangan lupa bawa perlengkapan menyelam jika ingin mengeksplor keindahan bawah laut dari pantai ini. Tentu anda harus mendapatkan ijin dan rekomendasi dari penduduk setempat. Karena apa pun terjadi, mereka adalah orang -orang yang lebih tahu situasi dan kondidisi di tempat ini. Obat-obatan pun seharusnya tidak luput dari perhatian anda, karena cuaca di daerah ini berbeda dengan tempat  tinggal anda masing-masing.

Antara Air Tawar dan Air AsinTeriknya matahari di musim panas akan membuat anda semakin cepat merasa harus. Jika ingin menikmati sumber mata air murni dari daerah ini, maka anda harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Lerang Wutun. Ada satu titik mata air yang keluar dari sela-sela tebing batu. Mata air ini bertemu langsung dengan air laut, ketika ombak menghantam dinding batu tersebut. Menjadi tantangan menarik bagi anda, ketika anda berusaha untuk mengisi sela waktu yang sangat singkat, hanya beberapa detik, agar bisa mendapatkan air murni nan segar. Ketangkasan anda diuji dengan kecepatan deburan ombak yang bersusulan menghantam dinding batu ini. Jika terlambat sedikit saja, maka air laut yang asin akan menjadi minuman anda.

Tempat ini sangat cocok bagi para backpaker, karena ada tempat yang datar dan cukup luas di area bebatuan tanjung ini untuk mendirikan kemah. Anda akan menyaksikan sunset yang sangat indah di Lerang Wutun saat matahari mulai beranjak ke peraduannya. Jika ingin berkemah, maka anda harus ditemani oleh beberapa orang untuk menghilangkan rasa sepi. Jangan lupa, mintalah petunjuk dari masyarakat asli setempat untuk urusan ini. 



Untuk mengkses surga di selatan Flores bagian timur ini, maka pintu masuk yang lebih dekat adalah dari Kota Larantuka. Bagi yang berasal dari luar NTT, anda harus ke Kupang, sebelum melakukan penerbangan perintis ke Kota Larantuka. Dari Larantuka, anda bisa menggunakan moda trasportasi angkutan darat di terminal Lamawalang menuju desa Riangbaring, atau Boru. 
(Andri Atagoran)

Foto: Paulus Baba Mare

2 komentar:

  1. Inilh kampung halaman kami..tanah kelahiran...

    BalasHapus
  2. Kisah lewotanah menjadi susunan kata yg menghipnotis pikiran dan hati rindu tuk menghirup udara dan berdiri diatas lewotanah riangbaring...lop pul

    BalasHapus